BAB I
PENDAHULUAN
Museum
pada umumnya dikenal dengan sebuah gedung atau bangunan yang menyimpan koleksi
benda-benda warisan budaya yang bernilai luhur yang patut disimpan. Dalam
sejarah museum mengalami perubahan-perubahan yang bersifat fungsi. Museum yang
awalnya sebagai tempat penyimpanan kemudian berkembang dan bertambah dengan
fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran dan akhirnya fungsi ini
semakin bertambah.
Tiap
museum memiliki koleksi yang berbeda-beda baik asal, jenis, kedudukan,
penyelenggara, jenis, koleksi sehingga museum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1)
Menurut asal koleksi :
a.
Museum umum
Museum yang koleksinya
terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan
dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi.
b.
Museum Khusus
Museum yang koleksinya
terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan
dengan satu cabang seni, cabang ilmu, atau satu cabang geologi.
2)
Menurut kedudukannya :
a.
Museum Tingkat Nasional
Koleksinya berasal dari
seluruh wilayah nusantara.
b.
Museum Tingkat Regional
Koleksinya berasal dari
seluruh wilayah propinsi tertentu.
c.
Museum Tingkat Lokal
Koleksinya berasal dari
seluruh wilayah kabupaten dan kotamadya
3)
Menurut Penyelenggara :
a.
Museum Pemerintah
Diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah.
b.
Museum Swasta
Diselenggarakan dan
dikelola oleh swasta.
Salah satu museum yang ada di Indonesia yaitu Museum
Bahari.
Museum Bahari |
Museum Bahari adalah museum yang
menyimpan koleksi yang berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa
Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang
Pelabuhan Sunda Kelapa, tepatnya di jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara,
menghadap ke Teluk Jakarta. Museum ini adalah salah satu dari delapan museum
yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan Permuseuman Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Sejarah
Museum Bahari
Masa
penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam peninggalan,
terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi bangunan yang cukup
penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan rempah-rempah. Para
penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk mengambil hasil
rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara yang menghasilkan
rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah tersebut diimport atau
diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di dalam suatu tempat/gudang
penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah yang dekat dengan
pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum Bahari adalah
bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan rempah-rempah peninggalan
zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang berisi dengan barang-barang
bersifat kelautan.
Pada
masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari semula adalah gudang yang
berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti
rempah-rempah kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang merupakan komoditi
utama VOC yang sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun gedung ini secara
bertahap sejak 1652 hingga 1759.
Gedung
Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan. Tahun perubahan itu dapat
dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun 1718, 1719 dan 1771. Pada
masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia II meletus (1939-1945)
gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan militer tentara Dai Nippon.
Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang logistik PLN (Perusahaan
Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram). Pada 1976 kompleks gedung
ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang kemudian dipersiapkan sebagai
sebuah museum. Museum Bahari diresmikan pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
Luas
tanah bangunan ini sekitar 9.000 m2 dan luas bangunannya mencapai 16
ribu m2. Bangunan ini sudah tiga kali di renovasi, yaitu tahun 1976,
1980, dan 2009. Meski telah direnovasi, tapi tidak menghilangkan ciri khas dari
museumnya.
Museum
Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi kapal yang sudah tak
diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan benda-benda sejarah berupa
kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur. Mengingatkan kepada kita bahwa
sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku seorang pelaut’. Ada kebanggaan
‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di dalam mengarungi samudra luas dan
ganas. Selain itu, dari segi arsitekturnya bangunan ini memiliki ciri khas
bangunan yang terbuat dari kayu.
Sumber :
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar